Kamis, 15 Oktober 2009

Iman Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Bagaimana pengertian Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah? Apakah Iman itu bisa bertambah atau berkurang? Jawab Pengertian Iman menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah adl ikrar dalam hati diucapkan dgn lisan dan diamalkan dgn anggota badan. Jadi Iman itu mencakup tiga hal Ikrar dgn hati. Pengucapan dgn lisan. Pengamalan dgn anggota badan. Jika keadaannya demikian maka iman itu akan bisa bertambah atau bisa saja berkurang. Lagi pula nilai ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau pernyataan krn memperoleh satu berita tidak sama dgn jika langsung melihat persoalan dgn kepala mata sendiri. Pernyataan krn memperoleh berita dari satu orang tentu berbeda dari pernyataan dgn memperoleh berita dari dua orang. Demikian seterusnya. Oleh krn itu Ibrahim ‘Alaihis Sallam pernah berkata seperti yg dicantumkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. “Ya Rabbku perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yg mati. Allah berfirman

‘Apakah kamu belum percaya’. Ibrahim menjawab ‘Saya telah percaya akan tetapi agar bertambah tetap hati saya”. Iman akan bertambah tergantung pada pengikraran hati ketenangan dan kemantapannya. Manusia akan mendapatkan hal itu dari dirinya sendiri maka ketika menghadiri majlis dzikir dan mendengarkan nasehat didalamnya disebutkan pula perihal surga dan neraka ; maka imannya akan bertambah sehingga seakan-akan ia menyaksikannya dgn mata kepala. Namun ketika ia lengah dan meninggalkan majlis itu maka bisa jadi keyakinan dalam hatinya akan berkurang. Iman juga akan bertambah tergantung pada pengucapan maka orang berdzikir sepuluh kali tentu berbeda dgn yg berdzikir seratus kali. Yang kedua tentu lbh banyak tambahannya. Demikian halnya dgn orang yg beribadah secara sempurna tentunya akan lbh bertambah imannya ketimbang orang yg ibadahnya kurang. Dalam hal amal perbuatan pun juga demikian orang yg amalan dgn anggota badannya jauh lbh banyak daripada orang lain maka ia akan lbh bertambah imannya daripada orang yg tidak melakukan perbuatan seperti dia. Tentang bertambah atau berkurangnya iman ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Allah Ta’ala berfirman yg artinya “Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan utk jadi cobaan bagi orang-orang kafir supaya orang-orang yg diberi Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yg beriman bertambah imannya”. “Dan apabila diturunkan suatu surat maka diantara mereka ada yg berkata ‘Siapa di antara kamu yg bertambah imannya dgn surat ini ?’ Adapun orang yg beriman maka surat ini menambah imannya sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yg di dalam hati mereka ada penyakit maka dgn surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya dan mereka mati dalam keadaan kafir”. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa kaum wanita itu memiliki kekurangan dalam soal akal dan agamanya. Dengan demikian maka jelaslah kiranya bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Namun ada masalah yg penting apa yg menyebabkan iman itu bisa bertambah ? Ada beberapa sebab di antaranya Mengenal Allah dgn nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Setiap kali marifatullahnya seseorang itu bertambah maka tak diragukan lagi imannya akan bertambah pula. Oleh krn itu para ahli ilmu yg mengetahui benar-benar tentang asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya lbh kuat imannya daripada yg lain. Memperlihatkan ayat-ayat Allah yg berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah. Seseorang jika mau memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat kauniyah Allah yaitu seluruh ciptaan-Nya maka imannya akan bertambah. Allah Ta’ala berfirman. Artinya “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yg yakin dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan” . Ayat-ayat lain yg menunjukkan bahwa jika manusia mau memperhatikan dan merenungkan alam ini maka imannya akan semakin bertambah banyak melaksanakan ketaatan. Seseorang yg mau menambah ketaatannya maka akan bertambah pula imannya apakah ketaatan itu berupa qauliyah maupun fi’liyah. Berdzikir umpamanya akan menambah keimanan secara kuantitas dan kualitas. Demikian juga shalat puasa dan haji akan menambah keimanan secara kuantitas maupun kualitas. Adapun penyebab berkurangnya iman adl kebalikan daripada penyebab bertambahnya iman yaitu -Jahil terhadap asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya. Ini akan menyebabkan berkurangnya iman. Karena apabila mari’fatullah seseorang tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya itu berkurang tentu akan berkurang juga imannya. -Berpaling dari tafakkur mengenai ayat-ayat Allah yg kauniyah maupun syar’iyah. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya iman atau paling tidak membuat keimanan seseorang menjadi statis tidak pernah berkembang. -Berbuat maksiat. Kemaksiatan memiliki pengaruh yg besar terhadap hati dan keimanan seseorang. Oleh krn itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Tidaklah seseorang itu berbuat zina ketika melakukannnya sedang ia dalam keadaan beriman”. -Meninggalkan ketaatan. Meninggalkan keta’atan akan menyebabkan berkurangnya keimanan. Jika ketaatan itu berupa kewajiban lalu ditinggalkannya tanpa udzur maka ini merupakan kekurangan yg dicela dan dikenai sanksi. Namun jika ketaatan itu bukan merupakan kewajiban atau berupa kewajiban namun ditinggalkannya dgn udzur maka ini juga merupakan kekurangan namun tidak dicela. Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menilai kaum wanita sebagai manusia yg kurang akal dan kurang agamanya. Alasan kurang agamanya adl krn jika ia sedang haid tidak melakukan shalat dan puasa. Namun ia tidak dicela krn meninggalkan shalat dan puasa itu ketika sedang haid bahkan memang diperintahkan meninggalkannya. Akan tetapi jika hal ini dilakukan oleh kaum laki-laki maka jelas akan mengurangi keimanannya dari sisi yg satu ini. Sumber Soal Jawab Masalah Iman dan Tauhid Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia.




Bersumber dari file al_islam.chm>nuansaislam.com

Komentar :

ada 0 komentar ke “Iman Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah”

Posting Komentar